Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) adalah sebuah thariqah yang ada dan diakui sebagai bagian dari thariqah-thariqah al-muktabar...
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) adalah sebuah thariqah yang
ada dan diakui sebagai bagian dari thariqah-thariqah al-muktabarah dunia. TQN
ini didirikan oleh Syaikh
Ahmad Khathib As-Sambasy, putra daerah Sambas yang lahir di Kampung Dagang Timur
Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas pada bulan Safar tahun 1217 H (1803 M),
ayahnya bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah dan ibunya bernama Siti Aisyah (Cicit
Imam Nurdin, Kesultanan Sambas).
Sejak Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy dilantik menjadi Syaikh Mursyid
Kamil al-Mukammil (Sempurna dan
Menyempurnakan) di Jabal Qubais, Beliau mulai aktif mengajar berbagai macam
disiplin ilmu, dan yang paling menonjol dalam aktivitas pengajarannya adalah ilmu
tasawwuf, khususnya dzikir TQN. Melalui TQN ini, Syaikh Ahmad Khathib sangat terkenal dan memiliki
banyak murid yang tersebar ke berbagai negara, di antaranya adalah Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam. Khususnya di Indonesia, Syaikh
Ahmad Khathib memiliki beberapa murid yang menjadi ulama terkenal, seperti
Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syakih Muhammad Kholil Al-Bangkalani, Syaikh Abdul
Karim Al-Bantani, Syaikh Thalhah Al-Cireboni, Syaikh Nuruddin Al-Tekarangi dan
Syaikh Muhammad Sa’ad Al-Selakaui. Dari sekian banyak murid-murid Syaikh Ahmad
Khathib, hanya ada dua orang yang berasal dan kembali meneruskan pengajaran dzikir TQN di
Sambas yakni Syaikh Nuruddin Al-Tekarangi
dan Syaikh Muhammad Sa’ad Al-Selakaui.
Namun sangat disayangkan, dari kedua murid Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy ini, TQN di Sambas
tergolong kurang berkembang bila dibanding perkembangan jama’ah pengamal TQN di
luar Kalimantan Barat. Pengajaran dzikir TQN di Sambas hanya dilakukan di
masjid atau di rumah kediaman Syaikh Nuruddin dan Syaikh Muhammad Sa’ad,
sehingga jumlah jama’ahnya cukup terbatas. Selain itu, para kolonial penjajah
tampaknya cukup berhasil membendung perkembangan serta aktivitas pengajaran TQN
dengan memviralkan fitnah bahwa belajar thariqah itu bisa menyebabkan gila bagi
para pengamalnya. Para penjajah sadar dengan kasus di Banten, gerakan yang
dilakukan oleh para pengamal TQN di bawah komando murid Syaikh Abdul Karim
Al-Bantani, benar-benar efektif melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah
dan merebut kemerdekaan.
Persoalannya, mengapa di Sambas kurang massif perkembangan dan gerakan
TQN? Ternyata salah satu
penyebabnya karena pengajaran TQN di Sambas tidak ditopang oleh basis massa yang
riil melalui pondok pesantren. Kenyataan ini berlangsung hingga saat sekarang,
dimana jama’ah TQN di Sambas masih tergolong sedikit dari masa ke masa, bahkan
umumnya masyarakat kurang mengetahui keberadaan TQN, padahal pendirinya
adalah putera daerah Sambas. Selain itu, keberadaan pondok pesantren di
Kabupaten Sambas saat ini bisa dihitung dengan jari, sangat sedikit dan lambat
berkembang. Padahal, melalui pondok pesantren inilah tempat yang paling efektif
untuk melakukan pembinaan keagamaan dan pembudayaan akhlak mulia sekaligus
wahana yang paling strategis untuk pengkaderan ulama di masa mendatang dalam
ikhtiar mengembalikan kejayaan Sambas yang pernah digelari sebagai Serambi
Mekah. Gelar Serambi Mekah ini bukan hanya karena banyaknya pemuda Sambas yang
belajar di Mesir, Madinah atau Mekah, tapi secara nyata juga terpotret dari bagusnya
akhlak dan pemahaman keagamaan masyarakat Sambas pada saat itu, serta Sambas sempat dijadikan “kiblat”
ilmu agama oleh pelajar yang datang dari berbagai daerah di dalam dan luar
Kalimantan Barat.
Dalam konteks ikhtiar tersebut di atas, Yayasan TQN Khathibiyah Sambas
akan mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Dâr
Adz-Dzâkirîn di Desa Tekarang Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas. Lokasi ini
dipilih, karena di Desa Tekarang inilah terdapat situs sejarah berupa Makam
Keramat Syaikh Nuruddin Al-Tekarangi, murid langsung Syaikh Ahmad Khathib
As-Sambasy. Untuk merealisasikan pembangunan Pondok Pesantren dimaksud, kami
dari Pengurus Yayasan TQN Khathibiyah Sambas dan Panitia Pembangunan Pondok
Pesantren Dâr Adz-Dzâkirîn memohon do’a serta dukungan semua pihak, baik jama’ah TQN dari
semua jalur murid Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy, pemerintah, swasta dan
para aghniya’/dermawan dalam penyediaan material atau keuangan agar cita-cita
mulia ini segera terwujud, âmîn.
Total
rencana biaya yang diperlukan untuk pembangunan tahap pertama sebesar Rp. 2.182.479.000 (Dua
Milyar Seratus Delapan Puluh Dua Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah) dengan uraian, biaya pembangunan masjid Rp. 1.282.433.000 dan biaya pembangunan 6 RKB sebesar RP. 900.046.000.
Tidak ada komentar